Foto : Khaled Meshal (IST)
GAZA - Pemimpin Hamas yang hidup dalam
pengasingan, Khaled Meshal, dikabarkan ingin mengakhiri perjuangannya di
ranah politik Palestina. Pria yang mengkampanyekan penculikan terhadap
pasukan Israel itu juga tidak ingin mencalonkan diri di Pemilu
Palestina.
Meshal yang sudah memimpin gerakan Hamas sejak 1996 silam, mengatakan, dirinya sudah tidak memiliki hasrat untuk memimpin gerakan itu. Selama ini, Meshal tidak pernah menetap di Gaza maupun di Tepi Barat. Meshal selalu hidup berpindah-pindah di negara Arab.
"Dia (Meshal) mengatakan kepada Palestina agar memilih pemimpin yang lain," ujar pejabat Palestina di mesir, seperti dikutip Reuters, Senin (24/9/2012).
Pada awal 2012, Meshal juga mengalami perseteruan dengan fraksinya sendiri, karena membiarkan Fatah memimpin Pemerintahan Palestina Bersatu. Namun Hamas menepis akan adanya konflik internal di dalam fraksinya.
Sejauh ini, nama-nama pejabat dari fraksi Hamas seperti Perdana Menteri Ismail Haniyeh dan Moussa Abu Marzouk, kerap disebut-sebut akan menggantikan posisi Meshal. Haniyeh dan Marzouk adalah dua politisi yang sepakat ntuk menmpererat hubungan negara-negara Arab dengan Eropa.
Kebanyakan dari anggota fraksi Hamas lebih sering hidup di pengasingan ketimbang hidup di Jalur Gaza yang selalu dipantau oleh Israel. Seperti diketahui, Haniyeh dan Marzouk juga tidak pernah melupakan prinsip utama Hamas, yaitu tidak mengakui eksistensi Israel dan akan terus melakukan perlawanan terhadap Negeri Yahudi.
Kehancuran terhadap Israel menjadi salah satu hal yang tercantum dalam Piagam Hamas. Hamas pun siap menerima terbentuknya Negara Palestina di Tepi Barat dan Jalur Gaza tanpa mengakui Israel.(AUL)
Meshal yang sudah memimpin gerakan Hamas sejak 1996 silam, mengatakan, dirinya sudah tidak memiliki hasrat untuk memimpin gerakan itu. Selama ini, Meshal tidak pernah menetap di Gaza maupun di Tepi Barat. Meshal selalu hidup berpindah-pindah di negara Arab.
"Dia (Meshal) mengatakan kepada Palestina agar memilih pemimpin yang lain," ujar pejabat Palestina di mesir, seperti dikutip Reuters, Senin (24/9/2012).
Pada awal 2012, Meshal juga mengalami perseteruan dengan fraksinya sendiri, karena membiarkan Fatah memimpin Pemerintahan Palestina Bersatu. Namun Hamas menepis akan adanya konflik internal di dalam fraksinya.
Sejauh ini, nama-nama pejabat dari fraksi Hamas seperti Perdana Menteri Ismail Haniyeh dan Moussa Abu Marzouk, kerap disebut-sebut akan menggantikan posisi Meshal. Haniyeh dan Marzouk adalah dua politisi yang sepakat ntuk menmpererat hubungan negara-negara Arab dengan Eropa.
Kebanyakan dari anggota fraksi Hamas lebih sering hidup di pengasingan ketimbang hidup di Jalur Gaza yang selalu dipantau oleh Israel. Seperti diketahui, Haniyeh dan Marzouk juga tidak pernah melupakan prinsip utama Hamas, yaitu tidak mengakui eksistensi Israel dan akan terus melakukan perlawanan terhadap Negeri Yahudi.
Kehancuran terhadap Israel menjadi salah satu hal yang tercantum dalam Piagam Hamas. Hamas pun siap menerima terbentuknya Negara Palestina di Tepi Barat dan Jalur Gaza tanpa mengakui Israel.(AUL)
0 comments:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !