Presiden Suriah Bashar al-Assad (Foto: The Guardian)
DAMASKUS - Presiden Suriah Bashar al-Assad
mengatakan bahwa fenomena Arab Spring yang melanda Negara-negara Arab
tidak menghasilkan apapun kecuali kekacauan. Assad juga menegaskan
pasukan oposisi Suriah tidak akan pernah memenangkan peperangan.
"Fenomena Arab Spring yang melanda negara Arab, hanya menimbulkan kekacauan. Satu-satunya solusi atas krisis Suriah adalag dialog," ujar Presiden Assad, kepada Majalah al-Ahram al-Arabi yang dikutip BBC, Jumat (21/9/2012).
Dalam kesempatan yang sama Assad juga meyakinkan bahwa rezim Suriah tidak akan jatuh seperti halnya rezim Muammar Khadafi di Libya.
"Perubahan tidak akan dicapai melalui intervensi asing. Persamaan pandangan dari kedua belah pihak dan dialog politik adalah satu-satunya solusi. Kekerasan bagaimanapun tidak diizinkan dan negara tidak akan berdiam diri dengan tangan terikat menghadapi mereka yang melawan dengan senjata," tegas Assad.
Ditegaskan oleh Presiden Assad, Turki, Arab Saudi dan Qatar bertanggung jawab atas meningkatnya kekerasan di Suriah karena ketiga negara ini ditudingnya telah mempersenjatai oposisi Suriah. Presiden Suriah itu pun mengkritik negara-negara tersebut.
"Qatar selama ini mengandalkan uang dan terus berputar di orbit Barat untuk menyediakan senjata bagi para teroris dengan motivasi mengulang skenario Libya. Mereka (Qatar) adalah pemilik bahan bakar kekerasan," ujar Presiden Suriah itu.
"Turki adalah mantan sekutu dekat Suriah yang kini berbalik menyerang kami dan mendesak saya mengundurkan diri. Mereka tidak peduli dengan kepentingan rakyat Suriah yang menjadi fokus utama mereka adalah ambisi menciptakan kekaisaran Ottoman yang baru," imbuhnya.
Menurut PBB, krisis Suriah yang berlangsung sejak Maret 2011 lalu itu telah menelan lebih dari 20 ribu korban jiwa. Pihak oposisis mengklaim dalam insiden kekerasan terakhir sebuah pesawat tempur milik pemerintah dikabarkan menyerang sebuah pom bensi di bagian timur laut negara itu, menewaskan setidaknya 30 orang.
Hingga saat ini krisis Suriah masih menghadapi jalan buntu menyusul perbedaan sikap di antara anggota Dewan Keamanan PBB (DK PBB). Namun upaya untuk mengakhiri krisis Suriah ini tidak dapat dipisahkan dari peran yang dimainkan Iran mengingat afiliasi politik Assad mengarah pada Iran.(rhs)
"Fenomena Arab Spring yang melanda negara Arab, hanya menimbulkan kekacauan. Satu-satunya solusi atas krisis Suriah adalag dialog," ujar Presiden Assad, kepada Majalah al-Ahram al-Arabi yang dikutip BBC, Jumat (21/9/2012).
Dalam kesempatan yang sama Assad juga meyakinkan bahwa rezim Suriah tidak akan jatuh seperti halnya rezim Muammar Khadafi di Libya.
"Perubahan tidak akan dicapai melalui intervensi asing. Persamaan pandangan dari kedua belah pihak dan dialog politik adalah satu-satunya solusi. Kekerasan bagaimanapun tidak diizinkan dan negara tidak akan berdiam diri dengan tangan terikat menghadapi mereka yang melawan dengan senjata," tegas Assad.
Ditegaskan oleh Presiden Assad, Turki, Arab Saudi dan Qatar bertanggung jawab atas meningkatnya kekerasan di Suriah karena ketiga negara ini ditudingnya telah mempersenjatai oposisi Suriah. Presiden Suriah itu pun mengkritik negara-negara tersebut.
"Qatar selama ini mengandalkan uang dan terus berputar di orbit Barat untuk menyediakan senjata bagi para teroris dengan motivasi mengulang skenario Libya. Mereka (Qatar) adalah pemilik bahan bakar kekerasan," ujar Presiden Suriah itu.
"Turki adalah mantan sekutu dekat Suriah yang kini berbalik menyerang kami dan mendesak saya mengundurkan diri. Mereka tidak peduli dengan kepentingan rakyat Suriah yang menjadi fokus utama mereka adalah ambisi menciptakan kekaisaran Ottoman yang baru," imbuhnya.
Menurut PBB, krisis Suriah yang berlangsung sejak Maret 2011 lalu itu telah menelan lebih dari 20 ribu korban jiwa. Pihak oposisis mengklaim dalam insiden kekerasan terakhir sebuah pesawat tempur milik pemerintah dikabarkan menyerang sebuah pom bensi di bagian timur laut negara itu, menewaskan setidaknya 30 orang.
Hingga saat ini krisis Suriah masih menghadapi jalan buntu menyusul perbedaan sikap di antara anggota Dewan Keamanan PBB (DK PBB). Namun upaya untuk mengakhiri krisis Suriah ini tidak dapat dipisahkan dari peran yang dimainkan Iran mengingat afiliasi politik Assad mengarah pada Iran.(rhs)
0 comments:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !